Jumat, 06 Agustus 2010

Kearifan Lokal


Pernahkah sejenak kita merenung dan menyaksikan alam sekitar kita yang semakin hari bukan semakin baik tapi semakin rusak. Padahal manusia kan semakin maju dan terdidik sementara dahulu pendidikan barang langka dan mahal. Ironisnya dahulu alam masih terjaga dengan baik jika dibandingkan sekarang. Salah satu jawabannya adalah kearifan lokal orang dahulu (para nenek moyang kita). Kearifan lokal (local wisdom) merupakan bagian dari sistem budaya, biasanya berupa larangan-larangan yang mengatur hubungan sosial maupun hubungan manusia dengan alamnya.Kearifan lokal berfungsi untuk menjaga kelestarian dan kesinambungan aset yang dimiliki suatu masyarakat sehingga masyarakat dapat terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya dari generasi ke generasi berikutnya, tanpa harus merusak atau menghabiskan aset tersebut. Oleh sebab itu, kearifan lokal selalu dijadikan pedoman atau acuan oleh masyarakat dalam bertindak atau berperilaku dalam praksis kehidupannya.
Setiap masyarakat akan mengembangkan kearifan lokal sesuai dengan kondisi lingkungan sosialnya maupun lingkungan alamnya serta sistem pengetahuan yang dimilikinya. Berikut ini merupakan contoh-contoh kearifan lokal yang pernah saya ketahui dari saat masih kecil, kuliah, bekerja dan beberapa perjalanan ke daerah-daerah.
1. Kearifan Lokal di Bengkulu
Ada beberapa etnik yang bersinggungan langsung dengan alam diantaranya etnik Rejang dan Serawaiyang. Etnik Rejang memiliki kearifan dengan mengetahui zonasi hutan, mereka sudah menentukan imbo lem (hutan dalam), imbo u'ai (hutan muda) dan penggea imbo (hutan pinggiran). Dengan zonasi yang mereka buat, maka ada aturan-aturan tentang penanaman dan penebangan kayu. Hampir mirip dengan Etnik Rejang, Serawaiyang dikenal sebagai tipikal masyarakat peladang telah mengembangkan kearifan lokal dalam pembukaan ladang yaitu "celako humo" atau "cacat humo", dimana dalam pembukaan ladang mereka melihat tanda-tanda alam dulu sebelum membuka ladang dimana ada 7 pantangan yaitu:
- ulu tulung buntu, dilarang membuka ladang di hutan tempat mata air
- sepelancar perahu
- kijang ngulangi tai
- macan merunggu
- sepit panggang
- bapak menunggu anak
- dan nunggu sangkup
tujuh pantangan ini jika dilanggar akan berakibat alam dan penunggunya (makhluk gaib) akan marah dan menebar penyakit.

2.Kearifan Lokal di Yogyakarta
Pernah mendengar Gunung Kidul? Pasti bayangan kita langsung kekeringan. Benar saja, salah satu keunikan Gunung Kidul adalah kawasan Karst. Tetapi harus kita ingat bahwa kawasan ini telah dihuni selama berabad-abad oleh masyarakatnya bahkan dari zaman batu. Munculnya peradaban manusia yang berkembang pada kawasan ini menggambarkan bahwa masyarakat di kawasan ini telah dapat beradaptasi dengan kekeringan. Air menjadi sangat berharga di kawasan ini. Apakah tidak ada sumber air di kawasan ini? Oh kita jangan salah, kawasan ini memiliki sungai bawah tanah yang banyak sekali tetapi karena merupakan kawasan karst agak sulit untuk menaikkan air karena kedalamannya dan juga tipikal kawasan karst. Masyarakat di kawasan ini melakukan pemeliharaan cekungan-cekungan (sinkhole), mereka memodifikasi bagaimana cekungan ini sebagai tabungan air mereka dengan menata batu dan menanmi tanaman seperti jarak dan jati di sekitar bibir cekungan. Batu sebagai penyaring, sementara tanaman sebagai penyimpan air. Selain itu juga para penduduk juga menampung air ketika musim hujan tiba sebagai tabungan air ketika kemarau datang.

3. Kearifan Lokal Kediri
Cerita Panji mungkin bukan hal yang asing lagi terutama di tanah Jawa Timur. Cerita Panji adalah harta karun yang dimiliki Jawa Timur, lahir di Kediri berkembang sejak zaman Majapahit. Salah satu dongeng Panji adalah Enthit yang terkait dengan pertanian. Cerita semacam Enthit itu memberikan inspirasi mengapa timun dapat ditanam sampai mentheg-mentheg (gemuk dan menyenangkan). Mengapa berbagai sayuran itu tumbuh subur dan menyehatkan. Bagaimana petani pada masa itu memperlakukan lahannya. Bagaimana cara bercocok tanam, semuanya seolah-olah diserahkan pada kekuasaan alam belaka. Semuanya dilakukan dengan cara organik. Konsep pertanian dalam budaya Panji adalah soal tantra atau kesuburan. Jadi bagaimana memperlakukan tanah (lahan) seperti menyayangi istri dan ini hubungannya dengan konservasi alam.

4. Kearifan Lokal di Sumatera Utara
Sumatera Utara memiliki sekelompok masyarakat yang dikenal sebagai Parmalim berpusat di Hutatinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir. Parmalim menekankan lingkungan hidup pada dasarnya memberi dukungan terhadap kelangsungan hidup manusia, maka sewajarnya manusia juga memberi dukungan terhadap lingkungan hidup. Air adalah sumber kehidupan, maka kita harus memberi dukungan terhadap semua hal yang berkaitan dengan pelestarian air. Pada saat menebang pohon, maka bisa dilakukan jika sebelumnya sudah cukup banyak menanam tunas baru, selain itu aturan penebangan juga dengan cara bahwa penebang tidak boleh merobohkan pohon besar sampai menimpa anak pohon lain, jika terjadi maka penebang harus diganti orang lain. Selain itu juga dalam memetik umbi-umbian yang menjalar, umat Parmalim harus menyisakan tunas sehingga bisa tumbuh kembali. Selain Parmalim, sebenarnya di Tanah Batak telah sejak lama nenek moyangnya mengelola hutan, sehingga dahulu sangat banyak ditemukan pohon-pohon besar yang berumur sudah tua. Masuknya teologi para misionaris yang sempit serta orang-orang Batak yang sudah beragama menimbulkan banyak kerusakan hutan. Pepohonan besar dan tua ditebang dengan maksud untuk membuktikan bahwa pohon tersebut tidak punya kuasa dan tidak layak disembah.Padahal dahulu para leluhur orang Batak menggunakan pohon tersebut sebagai tempat ritual untuk menyembah Yang Maha Kuasa yang sering dikenal sebagai Debata Mula Jadi na Bolon, atau Allah yang bagi orang Kristen dan Muslim yang menggunakan Gereja ataupun Masjid sebagai tempat ritualnya.Pemahaman agama yang sempit ini juga akhirnya turut serta menghancurkan lingkungan.

Dimanapun kita berada akan sangat bijak untuk juga bisa memahami kearifan lokal yang ada di tempat itu, sebagai orang yang terdidik seharusnya kita memiliki kecenderungan dan kepedulian sehingga perilaku kita turut menjaga lingkungan lestari sebagai warisan abadi bagi generasi mendatang.

5 komentar:

  1. konsep kearifan lokal (lokal wisdom) ini seiring berjalannya waktu dan perkembangan jaman, dan perlahan-lahan manusia luar mampu menjamah negeri tercinta ini, sulit sekali dipertahankan. dengan prospek yang alami dan natural, konsep kearifan lokal saya yakin tidak akan terjamah oleh tikus berambut api.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebelum manusia luar lebih jauh menjamah makanya kesadaran manusia dalamnya juga harus lebih kuat, karena waktu merupakan penguji yang adil

      Hapus
  2. Bahwa manifestasi kearifan lokal menjadi prinsip bentuk tatanan hidup, yang bahwasanya tersimpan nilai-nilai Kebenaran Tuhan Yang Maha Esa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sangat setuju terkadang ada misteri Ilahi dalam cara-cara kita hidup dan menjalani kehidupan

      Hapus
  3. kearifan lokal inilah yg menjadikan negara kita tercinta beda dgn negara2 lain. karena ciri khas yg unik dan hampir bisa dikatakan identik pada tiap daerah meski beti (beda tipis) dan maaf. karena kearifan lokal ini pula negara kita (khususnya para masyarakatnya) ndak maju2 dgn kata lain. masih berputar2 'tentang itu'.

    sekali lagi mohon maaf. dgn adanya kearifan lokal seperti tsb diatas. umumnya, sebagian dari kita takut untuk mendobrak/menentang (ceillah..) dgn gagasan2 dan ide2 baru. meski tidak ada yg baru dibawah matahari. paling tidak, kita sering takut dgn adanya kearifan lokal.

    - takut dikucilkan oleh mereka pen
    megang kearifan lokal dlsb. meski kita benar.

    terima kasih.

    BalasHapus