Kamis, 03 Juni 2010

MENGENAL DRAINASE

Pendahuluan

Drainase berasal dari bahasa Inggris “drainage” yang mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan lainnya seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan terjun, kolam tando, dan stasiun pompa.
Sejarah Perkembangan Drainase Perkotaan
Manusia sudah mulai memikirkan tentang sistem pembuangan limpasan air hujan sejak jaman Romawi kuno. Bangunan drainase perkotaan pertama kali dibuat di Romawi berupa saluran bawah tanah yang cukup besar, yang digunakan untuk menampung dan membuang limpasan air hujan. Pada awalnya, sistem drainase dibangun hanya untuk menerima limpasan air hujan dan membuangnya ke badan air terdekat. Desain dan pembangunannya belum dilakukan dengan baik. Saluran bawah tanah yang terbuat dari batu dan bata mengalami rembesan yang cukup besar, sehingga kapasitasnya jauh berkurang. Pada beberapa kasus, saluran tidak mempunyai kemiringan yang cukup, sehingga air tidak lancar (stagnant) dan terjadi genangan dalam saluran setelah terjadi hujan.
Air buangan dapat merupakan salah satu sumber utama yang dapat mengakibatkan pencemaran. Oleh karena itu sebagai tindakan pencegahan harus dilakukan pengelolaan terhadap air buangan. Pengolahan tersebut meliputi:
·         Collection System, yaitu cara pengumpulan/pengalirannya
·         Treatment System, yaitu cara pengolahannya
·         Final Disposal System yaitu cara pembuangan akhirnya.
Tujuan dibangunnya prasarana saluran drainase perkotaan seperti halnya tujuan penataan lingkungan, diantaranya sbb:
·         Menjamin kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
·         Melindungi alam lingkungan seperti tanah, kualitas udara dan kualitas air (PROKASIH)
·         Menghindarkan bahaya, kerusakan materiil, kerugian dan beban-beban lain yang disebabkan oleh amukan limpasan banjir
·         Memperbaiki kualitas lingkungan
·         Konservasi sumber daya air.
Analisis hidrologi:
Analisis hidrologi dari daerah perencanaan yang meliputi analisis curah hujan harian maksimum dan pembuatan kurva intensitas durasi hujan merupakan langkah awal yang perlu dilakukan dalam perencanaan saluran drainase. Dengan melakukan analisis hidrologi, debit banjir rencana yang akan digunakan sebagai dasar penentuan dimensi saluran dan perlengkapannya dapat diperkirakan. Data curah hujan yang digunakan untuk analisis hidrologi diperoleh dari stasiun pengamat curah hujan yang terdekat dari daerah perencanaan. Pengukuran curah hujan dapat dilakukan dengan alat ukur secara konvensional yang hanya dapat dilakukan dengan alat ukur otomatis dimana dari alat ini diperoleh karakteristik setiap durasi hujan. Secara garis besar analisis curah hujan yang dilakukan meliputi:
·         Penyiapan data curah hujan
·         Tes konsistensi
·         Tes homogenitas
·         Analisis frekuensi curah hujan
·         Analisis intensitas curah hujan
Analisis Frekuensi:
Analisis curah hujan harian maksimum yang akan terjadi selama periode ulang tertentu dapat diperkirakan dengan berbagai macam metode, antara lain metode Gumbel , metode Log Pearson Type III dan metode iwai Kadoya. Dasar pemakaian ketiga metode ini dalam menganalsis besarnya curah hujan harian maksimum mengingat metoda tersebut cocok dipergunakan untuk harga-harga ekstrim.
Pemilihan metoda perhitungan curah huajn maksimum dimaksudkan untuk memilih metoda yang paling sesuai dalam memperkirakan besarnya curah hujan harian maksimum yang terjadi dalam periode ulang hujan tertentu.
Analisis Intensitas Curah Hujan:
Hasil akhir dari analisis curah hujan yang dilakukan adalah mendapatkan intensity duration curve, yaitu suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara lamanya waktu pengaliran dengan intensitas hujan. Untuk mengolah data curah hujan menjadi intensitas curah hujan yang terjadi. Apabila tidak dijumpai data untuk setiap durasi hujan yang terjadi. Apabila tidak dijumpai data untuk setiap durasi hujan maka diperlukan pendekatan secara empiris dengan berpedoman kepada durasi 60 menit (1 jam) dan pada curah hujan harian maksimum yang terjadi setiap tahun. Cara lain yang lazim dipakai adalah dengan mempunyai kondisi yang hampir sama. Metode yang dapat digunakan antara lain metode Bell, Van Breen dan Hasper dan Der Weduwen.
Konsep Drainase Kampus Kwala Bekala:
Drainase yang perlu disediakan pada kampus    adalah sebagai berikut:
1.     Sistem Pembuangan air hujan
Prinsip pembuangan air hujan :
a.     Sistem saluran adalah tertutup, yang pada beberapa ruas tutupnya dapat dibuka
b.    Sistem drainage dibuat sependek mungkin, dengan tujuan pengaliran adalah daerah danau
c.     Seminimal mungkin berpotongan dengan sistem air limbah dan jaringan utilitas
d.    Seluruh drainge jalan yang berada di sepanjang koridor luar areal Kampus Kwala Bekala dialirkan juga melalui culvert menuju sistem drainage yang terdapat di dalam kampus.
2.     Sistem Air Limbah
1.     Saluran yang ada merupakan saluran tertutup
2.     Kedalaman saluran ini saat percabangan dengan saluran drainage air hujan adalah dibagian bawah
3.     Pada jarak-jarak tertentu dibuat manhole sebagai tempat pemeliharaan saluran tersebut.
4.     Terminal akhir dari buangan air limbah adalah instalasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), dimana hasil akhir berupa sampah akan dibuang sedangkan air yang telah diolah dapat dimasukkan ke dalam danau.
Sampai saat ini kota-kota di Indonesia masih menggunakan sistem drainase tercampur tanpa dilengkapi dengan fasilitas instalasi pengolah air limbah (IPAL). Hal ini tentu saja mengkhawatirkan untuk masa mendatang mengingat air limbah yang dibuang ke sistem drainase makin meningkat volumenya dengan kualitas yang makin menurun.
sumber: Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan oleh D. Ir. Suripin, M.Eng
sumber:digilib-ampl.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar