Kamis, 22 April 2010

KAYU

SIFAT-SIFAT KAYU DAN PENGGUNAANNYA
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu.  Terkadang sebagai barang tertentu, kayu tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya.  Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan.  Berikut ini diuraikan sifat-sifat kayu (fisik dan mekanik) serta macam penggunaannya.
Pengenalan Sifat-Sifat Kayu
Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi.  Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.  Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda.  Bahkan dalam satu pohon, kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda.  Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu :
  1. Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
  2. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial).
  3. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
  4. Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama dalam keadaan kering.
Sifat Fisik Kayu
  1. Berat dan Berat Jenis
    Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga sel, kadar air dan zat ekstraktif didalamnya.  Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya.  Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda, berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani).  Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin berat dan semakin kuat pula.
  2. Keawetan
    Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu.  Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal.
  3. Warna
    Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda.
  4. Tekstur
    Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu.  Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang (contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas, meranti dll).
  5. Arah Serat
    Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon.  Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat diagonal (serat miring).
  6. Kesan Raba
    Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba permukaan kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll).  Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.
  7. Bau dan Rasa
    Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara terbuka.  Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.
  8. Nilai Dekoratif
    Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah serat, tekstur, dan pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu.  Pola gambar ini yang membuat sesuatu jenis kayu mempunyai nilai dekoratif.
  9. Higroskopis
    Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air.  Makin lembab udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan lingkungannya.  Dalam kondisi kelembaban kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).
  10. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :
    1. Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan elastisitas kayu.
    2. Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara.  Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).
  11. Daya Hantar Panas
    Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak digunakan untuk membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber panas.
  12. Daya Hantar Listrik
  13. Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik.  Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu.  Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh  dikatakan sama dengan daya hantar air.
Sifat Mekanik Kayu
  1. Keteguhan Tarik
    Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu.  Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tarik yaitu :
    1. Keteguhan tarik sejajar arah serat dan
    2. Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.
      Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah serat.  Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat.
  2. Keteguhan tekan / Kompresi
    Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan muatan/beban. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu :
    1. Keteguhan tekan sejajar arah serat dan
    2. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.
      Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada keteguhan kompresi sejajar arah serat.
  3. Keteguhan Geser
    Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di dekatnya.  Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu :
    1. Keteguhan geser sejajar arah serat
    2. Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
    3. Keteguhan geser miring
      Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada keteguhan geser sejajar arah serat.
  4. Keteguhan lengkung (lentur)
    Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun hidup selain beban pukulan.  Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :
    1. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan.
    2. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak.
  5. Kekakuan
    Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.
  6. Keuletan
    Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian.
  7. Kekerasan
    Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.
  8. Keteguhan Belah
    Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu.  Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah tangensial.
    Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan kayu atau sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2.  Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :
    1. Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu.
    2. Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
Macam Penggunaan Kayu
Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifat-sifat kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan.  Jenis-jenis kayu yang mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu antara lain dapat dikemukan sebagai berikut :
  1. Bangunan (Konstruksi)
    Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alam yang tinggi.
    Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur, kempas, keruing, lara, rasamala.
  2. Veneer biasa
    Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat dan beratnya sedang.
    Jenis kayu : meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis, benuang.
  3. Veneer mewah
    Persyaratan teknis : disamping syarat di atas, kayu harus bernilai dekoratif.
    Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas, sungkai, weru, sonokembang.
  4. Perkakas (mebel)
    Persyaratan teknis : berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan, mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat.
    Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, rengas, sonokeling, sonokembang, ramin.
  5. Lantai (parket)
    Persyaratan teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan cukup kuat.
    Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur, jati, kuku.
  6. Bantalan Kereta Api
    Persyaratan teknis : kuat, keras, kaku, awet.
    Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bedaru, belangeran, bintangur, kempas, ulin.
  7. Alat Olah Raga
    Persyaratan teknis : kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat halus, serat lurus dan panjang, kaku, cukup awet.
    Jenis kayu : agathis, bedaru, melur, merawan, nyatoh, salimuli, sonokeling, teraling.
  8. Alat Musik
    Persyaratan teknis : tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya resonansi baik.
    Jenis kayu : cempaka, merawan, nyatoh, jati, lasi, eboni.
  9. Alat Gambar
    Persyaratan teknis : ringan, tekstur halus, warna bersih.
    Jenis kayu : jelutung, melur, pulai, pinus.
  10. Tong Kayu (Gentong)
    Persyaratan teknis : tidak tembus cairan dan tidak mengeluarkan bau.
    Jenis kayu : balau, bangkirai, jati, pasang.
  11. Tiang Listrik dan Telepon
    Persyaratan teknis : kuat menahan angin, ringan, cukup kuat, bentuk lurus.
    Jenis kayu : balau, giam jati, kulim, lara, merbau, tembesu, ulin.
  12. Patung dan Ukiran Kayu
    Persyaratan teknis : serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah dan berwarna gelap.
    Jenis kayu : jati, sonokeling, salimuli, melur, cempaka, eboni.
  13. Korek Api
    Persyaratan teknis : sama dengan persyaratan veneer, cukup kuat (anak korek api), elastis dan tidak mudah pecah (kotak).
    Jenis kayu : agathis, benuang, jambu, kemiri, sengon, perupuk, pulai, terentang, pinus.
  14. Pensil
    Persyaratan teknis : BJ sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna agak merah, berserat lurus.
    Jenis kayu : agathis, jelutung, melur, pinus.
  15. Moulding
    Persyaratan teknis : ringan, serat lurus, tekstur halus, mudah dikerjakan, mudah dipaku. Warna terang, tanpa cacat, dekoratif.
    Jenis kayu : jelutung, pulai ramin, meranti dll.
  16. Perkapalan
    Lunas
    Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
    Jenis kayu : ulin, kapur.
    Gading
    Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
    Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.
    Senta
    Persyaratan teknis : kuat, liat, tidak mudah pecah, tahan binatang laut.
    Jenis kayu : bangkirai, bungur, kapur.
    Kulit
    Persyaratan teknis : tidak mudah pecah, kuat, liat, tahan binatang laut.
    Jenis kayu : bangkirai, bungur, meranti merah.
    Bangunan dan dudukan mesin
    Persyaratan teknis : ringan, kuat dan awet, tidak mudah pecah karena getaran mesin.
    Jenis kayu : kapur, meranti merah, medang, ulin, bangkirai.
    Pembungkus as baling-baling
    Persyaratan teknis : liat, lunak sehingga tidak merusak logam.
    Jenis kayu : nangka, bungur, sawo.
    Popor Senjata
    Persyaratan teknis : ringan, liat, kuat, keras, dimensi stabil.
    Jenis kayu : waru, salimuli, jati.
  17. Arang (bahan bakar)
    Persyaratan teknis :  BJ tinggi.
    Jenis kayu : bakau, kesambi, walikukun, cemara, gelam, gofasa, johar, kayu malas, nyirih, rasamala, puspa, simpur.

Pengenalan atas sifat-sifat fisik dan mekanik akan sangat membantu dalam menentukan jenis-jenis kayu untuk tujuan pengunaan tertentu.  Diharapkan dengan memahami sifat-sifat kayu dan jenis-jenis kayu untuk penggunaan tertentu akan semakin mengurangi ketergantungan konsumen akan suatu jenis kayu tertentu saja sehingga pemanfaatan jenis-jenis kayu yang semula belum dimanfaatkan (jenis-jenis yang belum dikenal umum) akan semakin meningkat.
 Kayu Ulin merupakan salah satunya. Pohon ulin—sebagai salah satu vegetasi asli yang dikenal sebagai kayu besi Kalimantan, saat ini semakin langka. Di Kalimantan Selatan misalnya, diperkirakan populasi ulin yang bertahan tinggal 20 persen.
Tumbuhan yang bisa mencapai tinggi 35 meter itu semakin sulit didapatkan di hutan. Pohon ulin adalah bahan baku utama untuk membuat rumah bagi warga Kalimantan yang bermukim di daerah rawa dan perairan.
Sudin Panjaitan, peneliti Bidang Silvikultur Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kehutanan Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru, Kalimantan Selatan, mengatakan, populasi ulin (Eusideroxylon zwageri) di Kalimantan, terutama Kalsel, diperkirakan tinggal 20 persen dibandingkan dengan kondisi 40 tahun lalu.
”Penebangan kayu ulin secara tak terkendali mempercepat kepunahan. Sekarang untuk mencari pohon ulin berdiameter 20 sentimeter sulit sekali. Saat pohon berdiameter 10 cm sudah ditebang orang,” ujarnya, Jumat (9/4) di Banjarbaru, Kalsel.
Menurut Sudin, populasi ulin secara keseluruhan sulit dihitung karena pohon ini tumbuh bersama pohon jenis lain sebagai pendamping, seperti meranti. Ulin termasuk pohon yang sulit berkembang di tempat terbuka.
Di Kalsel, ulin masih bisa dijumpai di beberapa tempat, antara lain di daerah Asam-asam, Kabupaten Tanahlaut, Daerah Aliran Sungai Riamkanan di Kabupaten Banjar, Kabupaten Kotabaru, dan sepanjang Pegunungan Meratus. Di satu hektar lahan biasanya hanya ditemukan belasan pohon ulin.
Ulin, menurut Sudin, adalah vegetasi yang berkembang lambat. Dalam satu tahun, diameter pohon kurang dari 1 cm. Ini berbeda dengan meranti yang bisa mencapai 1,5-2 cm. Pada usia 40 tahun diameter ulin mencapai 36 cm. Baru pada usia 100 tahun diameter ulin bisa 50 cm.
”Karena perkembangannya lambat, jarang ada masyarakat yang mengembangkan. Apalagi pemegang HPH (hak pengelolaan hutan). Mereka jarang yang mau membudidayakan, karena untuk bisa dimanfaatkan perlu waktu lama,” kata Sudin.


Balitbang Kehutanan Banjarbaru saat ini memiliki lahan penelitian 1.000 hektar di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) di daerah Kintab, Kabupaten Tanahlaut. Di tempat itu terdapat ulin, meranti, dan sejumlah pohon lain.
Pada kesempatan terpisah di Banjarmasin, Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Suhardi Atmoredjo mengatakan, pihaknya akan menggalakkan operasi terhadap penebangan liar di kawasan Bukit Tagah di perbatasan Banjar dan Tanahlaut. Diduga para penebang mengarah ke daerah itu karena masih cukup banyak ulin.Keberadaan jenis kayu khas Kalimantan yang disebut kayu ulin (Eusideroxylon zwageri) yang masih tumbuh di hutan wilayah Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) dijadikan obyek wisata pemerintah kota setempat.

Demikian dikatakan Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Palangka Raya, Anna Menur, di Palangkaraya, Senin (11/5). Menurutnya, kayu ulin mampu memberi warna pada pariwisata Palangkaraya.

Kehidupan pohon kayu ulin di hutan memperoleh perhatian wisatawan, bukan saja wisatawan nusantara juga wisatawan mancanegara. Jenis kayu tersebut menarik untuk dikunjungi karena merupakan jenis kayu langka dan hanya dapat ditemukan di hutan-hutan tertentu di Kalimantan, salah satunya di Palangkaraya.
   
Banyak wisatawan yang tahu kayu ulin setelah menjadi papan, balok, atau bahan bagnunan lainnya. Mereka tidak pernah melihat kayu itu dalam bentuk aslinya. Pohon kayu ulin yang masih hidup itu bisa dilihat di hutan Kota Palangkaraya di wilayah obyek wisata susur sungai Kahayan. Mereka yang mengikuti wisata susur sungai akan melewati kawasan hutan yang ditumbuhi pohon-pohon ulin.

Kayu ulin juga bisa dijumpai di kawasan obyek wisata Bukit Tangkiling, sebuah taman wisata bernuansa alam perbukitan di Kecamatan Bukit Batu yang berjarak 34 km dari pusat Kota Palangkaraya. Selain kayu ulin, di kawasan ini juga dapat ditemukan jenis kayu khas Kalimantan lainnya, seperti meranti, keruing, ramin serta ratusan spesies flora dan fauna lainnya yang susah ditemui di daerah lain.   

Sulit diperoleh
   
Kayu ulin merupakan jenis kayu yang tak mudah lapuk baik di dalam air maupun di daratan. Karena itu,  kayu ini diburu untuk bahan bangunan, terutama sebagai penyangga rumah yang didirikan di atas daerah berawa di Pulau Kalimantan. Akibat terus diperjualbelikan, keberadaan kayu ulin kian sulit diperoleh dan harganya makin mahal.

Di sejumlah daerah kayu ulin dilarang untuk dikomersilkan. Kayu yang diperdagangkan dan terkenal karena kekuatannya adalah kayu-kayu yang usianya ratusan tahun yang diambil dari habitat aslinya di hutan. Meski harganya relatif mahal sampai saat ini belum ada yang berhasil membudidayakan pohon ulin.   

Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera bagian selatan dan Kalimantan. Jenis ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin, dan telian.
   
Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter sampai 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m. Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai, kosen, bahan untuk bangunan jembatan, bantalan kereta api, dan kegunaan lainnya. ADA kabar tak sedap bagi kalangan eksportir kayu ulin. Pekan silam, pemerintah resmi melarang seluruh pemanfaatan dan perdagangan kayu ulin, baik untuk perdagangan di dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor. Kebijakan itu diambil untuk mencegah punahnya populasi kayu ulin di hutan alam.
Hadi S. Pasaribu, Dirjen Bina Produksi Kehutanan Departemen Kehutanan, mengatakan, penebangan kayu ulin di hutan-hutan Kalimantan—kawasan endemi populasi kayu ulin—sudah kebablasan. Maklum, harga kayu ulin di pasaran sekarang sudah mencapai US$ 1.000 per meter kubik.
Popularitas kayu ulin semakin top setelah jenis kayu lainnya—jati, meranti, dan merbau—terus merosot populasinya. ”Produksi kayu nasional mulai seret. Ibaratnya, tak ada meranti ulin pun jadi,” ujar Hadi.Pemerintah lalu membentuk tim untuk menginventarisasi pohon ulin yang tersebar di seluruh hutan di Kalimantan. ”Nantinya, hasil inventarisasi itu bisa dijadikan alat kontrol untuk penggunaan kayu ulin,” katanya. Kayu ulin termasuk tanaman yang tumbuh dalam jangka waktu lama (bisa lebih dari 50 tahun) dan belum banyak diketahui cara budi dayanya.
Selama ini, aksi illegal logging telah membuat stok kayu di hutan alam berkurang banyak. Akibatnya, produksi kayu nasional turun drastis. Ekspor kayu juga tertekan. Selama semester I-2007, volume ekspor kayu hanya setengah dari pencapaian semester I-2006. Pada Januari-Juni 2007, misalnya, ekspor panel kayu hanya sebanyak 1,31 juta meter kubik (m3), dengan devisa US$ 659,9 juta. Padahal di periode yang sama tahun 2006, angkanya mencapai 3,48 juta m3 senilai US$ 1,6 miliar.
Volume ekspor kayu pertukangan di semester pertama tahun ini juga cuma 798.262 m3 senilai US$ 545,94 juta. Itu artinya, jauh di bawah kinerja 2006 yang US$ 2,3 juta m3 dengan nilai devisa US$ 1,29 miliar.
Kalau stok kayu sudah tipis begitu, maka posisi si ulin semakin terancam. Namun, larangan pemanfaatan kayu ulin sebenarnya telah berlaku sejak tahun 2006. Menteri Kehutanan MS Kaban sudah menerbitkan surat edaran tanggal 9 Maret 2006 yang ditujukan kepada empat gubernur di Kalimantan. Isinya, pohon ulin yang tumbuh di areal HPH yang masih aktif dan mempunyai izin boleh ditebang asalkan telah memiliki diameter 60 sentimeter. Tapi, Dephut tetap melarang kayu ulin dijual di luar Kalimantan.
Kebijakan itu, dipertegas melalui Surat Edaran Dirjen Bina Produksi Kehutanan Dephut pada 15 Agustus 2006. Tapi, ya itu tadi, kedua surat edaran itu hanya ditujukan kepada jajaran pemda di Kalimantan.
Makanya, Departemen Perdagangan tak tahu-menahu soal peraturan itu. Larangan ekspor ulin yang dikeluarkan Dephut baru diketahui Depdag saat Hadi S. Pasaribu berbicara pada satu seminar kehutanan di Tokyo, Jepang, awal Februari lalu.
Makanya, Depdag keukeuh bahwa ekspor kayu ulin tidak dilarang. Keputusan itu ditegaskan lewat Peraturan Menteri Perdagangan pada 14 Februari 2007. Tumpang tindih kebijakan pun terjadi. Ujungnya, terjadi pertemuan antara Diah Maulida, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Depdag, dengan Hadi S. Pasaribu, dua pekan lalu. Untunglah, kedua departemen akhirnya setuju membekukan sementara perdagangan kayu ulin.
Sejatinya, ekspor kayu ulin sebenarnya sudah mandek sejak dua bulan lalu. Sekitar 20 perusahaan eksportir ulin kini tak jelas nasibnya. Stok sekitar 5.500 meter kubik juga menumpuk begitu saja di Kalimantan. Nah, mau diapain tuh?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar