Kamis, 13 Januari 2011

TINJAUAN EKOLOGIS PERTANIAN ORGANIK

I. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian dan ledakan populasi manusia maka kebutuhan pangan juga meningkat. Apalagi dengan  dideklarasikannya revolusi hijau (oleh orang/benua amerika/eropa) tahun 1960-an, petani di Indonesia pun berbondong-bondong mengikuti jejak mereka; mengadopsi sistim pertanian modern dengan dalih meningkatkan produksi. Gema revolusi hijau dengan “pemuliaannya” kemudian merasuki setiap sumsum tulang Petani kita. Pupuk dan obat pembasmi hama-pun kemudian menyebar dengan cepat tanpa rem dan kendali.
Saat itu revolusi hijau di Indonesia memberikan hasil yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Dimana penggunaan pupuk kimia sintetis, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi (high yield variety), penggunaan pestisida, intensifikasi lahan dan lainnya mengalami peningkatan.
Namun belakangan ditemukan berbagai permasalahan akibat kesalahan manajemen di lahan pertanian,  pada tempo yang panjang (apalagi jika digunakan dengan tidak hati-hati dan tidak tepat dosis), dimana akumulasi bahan-bahan tersebut menjadi jenuh di tanah, terbukti telah menjadi masalah yang sangat serius. Rantai makanan yang tadinya selalu berputar karena proses degradasi yang baik, tiba-tiba menjadi mandek karena ketidak mampuan alam (bakteri) untuk meluruhkan bahan-bahan sintetis tersebut. Kita sudah mulai melihat kecenderungan tanah menjadi asam dan pengerasan tanah yang disebabkan oleh pupuk urea. Resistennya hampir semua jenis hama terhadap insektisida dan menuntut penggunaan bahan yang berintensitas lebih tinggi untuk dapat membunuhnya. Pencemaran ini berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia akibat selalu tercemar bahan-bahan sintetis tersebut.
Pemahaman akan bahaya bahan kimia sintetis dalam jangka waktu lama mulai disadari sehingga dicari alternatif bercocok tanam yang dapat menghasilkan produk yang bebas dari cemaran bahan kimia sintetis serta menjaga lingkungan yang lebih sehat. Sejak itulah mulai dilirik kembali cara pertanian alamiah (back to nature) atau pertanian yang ramah lingkungan.
Pertanian alamiah atau yang ramah lingkungan merupakan pengembangan konsep dari pembangunan pertanian berkelanjutan. Konsep Pembangunan berkelanjutan saat ini sudah menjadi isu dan perhatian masyarakat dunia, disebutkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development), adalah pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa harus mengorbankan kebutuhan dan aspirasi generasi mendatang. Sedangkan Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin.(Kasumbogo Untung, 1997).
Dalam pembangunan pertanian berkelanjutan bukan berarti penggunaan bahan kimiawi pertanian (agrochemical) tidak diperbolehkan sama sekali, namun sampai batas tertentu masih dimungkinkan.
 Masalah pembangunan pertanian berkelanjutan telah diintegrasikan dalam program pembangunan pertanian yang diterapkan dewasa ini. Dalam Grand Strategi Pembangunan Pertanian disebutkan bahwa pembangunan pertanian hasus dilakukan secara berkelanjutan, dengan memadukan antara aspek organisasi, kelembagaan, ekonomi, teknologi dan ekologis.
1.2  Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui aspek ekologis dalam pertanian organik.
1.3. Perumusan Masalah
Bagaimana tinjauan aspek ekologis dalam pertanian organik?
Cikal bakal pertanian oganik sudah sejak lama dikenal, sejak ilmu bercocok tanam dikenal manusia. Pada saat itu semuanya dilakukan secara tradisonal dan menggunakan bahan-bahan alamiah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian dan ledakan populasi manusia maka kebutuhan pangan juga meningkat. Saat itu revolusi hijau di Indonesia memberikan hasil yang signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Dimana penggunaan pupuk kimia sintetis, penanaman varietas unggul berproduksi tinggi (high yield variety), penggunaan pestisida, intensifikasi lahan dan lainnya mengalami peningkatan. Namun belakangan ditemukan berbagai permasalahan akibat kesalahan manajemen di lahan pertanian. Pencemaran pupuk kimia, pestisida dan lainnya akibat kelebihan pemakaian bahan-bahan tersebut, ini berdampak terhadap penurunan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia akibat selalu tercemar bahan-bahan sintetis tersebut.



II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Pertanian Organik
Pertanian organik di definisikan sebagai “sistem produksi pertanian yang holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-ekosistem secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan” Lebih lanjut IFOAM (International Federation of Organik Agriculture Movements) menjelaskan pertanian organik adalah sistem pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah.
Pengelolaan pertanian berwawasan lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang.
Pemilihan komoditas dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan pertanian berkelanjutan, komoditas hasrus yang menguntungkan secara ekonomis, masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan dibudidayakan pada lahan yang tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis dan menguntungkan secara ekonomis.
Beberapa perinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah;
1.   Pemanfaatan sumberdaya alam untuk pengembangan agribisnis hortikultura (terutama lahan dan air) secara lestari sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam.
2.    Proses produksi atau kegiatan usahatani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat.
3.    Penanganan dan pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan masalah pada lingkungan (limbah dan sampah)
4.    Produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi. Keadaan dan perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan dalam agribisnis hortikultura ini.
Dalam pertanian organik yang sesuai dengan standar yang ditetapkan secara umum adalah mengikuti aturan berikut:
1.        Menghindari benih/bibit hasil rekayasa genetika. Sebaiknya benih berasal dari kebun pertanian organik,
2.        Menghindari penggunaan pupuk kimia sintetis, zat pengatur tumbuh, pestisida. Pengendalian hama dilakukan dengan cara mekanis, biologis dan rotasi tanaman,
3.        Peningkatan kesuburan tanah dilakukan secara alami melalui penambahan pupuk organik, sisa tanaman, pupuk alam, dan rotasi dengan tanaman legum.
4.        Penanganan pasca panen dan pengawetan bahan pangan menggunakan cara-cara yang alami.
Beberapa kegiatan yang dapat menunjang dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan keuntungan produktivitas pertanian dalam jangka panjang, meningkatkan kualitas lingkungan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat pedesaan adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian Hama Terpadu
Pengendalian Hama Terpadu merupakan suatu pendekatan untuk mengendalikan hama yang dikombinasikan dengan metode-metode biologi, budaya, fisik dan kimia, dalam upaya untuk meminimalkan; biaya, kesehatan dan resiko-resiko lingkungan. Adapun caranya dapat melalui;
Ø   Penggunaan insek, reptil atau binatang-binatang yang diseleksi untuk
mengendalikan hama atau dikenal musuh alami hama, seperti Tricogama sp., sebagai musuh alami dari parasit telur dan parasit larva hama tanaman.
Ø  Menggunakan tanaman-tanaman “penangkap” hama, yang berfungsi sebagai pemikat (atraktan), yang menjauhkan hama dari tanaman utama.
Ø  Menggunakan drainase dan mulsa sebagai metode alami untuk menurunkan infeksi jamur, dalam upaya menurunkan kebutuhan terhadap fungsida sintetis.
Ø  Melakukan rotasi tanaman untuk memutus populasi pertumbuhan hama setiap tahun .
2. Sistem Rotasi dan Budidaya Rumput
Sistem pengelolaan budidaya rumput intensif yang baru adalah dengan
memberikan tempat bagi binatang ternak di luar areal pertanian pokok yang ditanami rumput berkualitas tinggi, dan secara tidak langsung dapat menurunkan biaya pemberian pakan. Selain itu, rotasi dimaksudkan pula untuk memberikan waktu bagi pematangan pupuk organik. Areal peternakan yang dipadukan dengan rumput atau kebun buah-buahan dapat memiliki keuntungan ganda, antara lain ternak dapat menghasilkan pupuk kandang yang merupakan pupuk untuk areal pertanian.
3. Konservasi Lahan
Beberapa metode konservasi lahan termasuk penanaman alur, mengurangi atau tidak melakukan pembajakan lahan, dan pencegahan tanah hilang baik oleh erosi angin maupun erosi air. Kegiatan konservasi lahan dapat meliputi:
Ø  Menciptakan jalur-jalur konservasi.
Ø  Menggunakan dam penahan erosi.
Ø  Melakukan penterasan.
Ø  Menggunakan pohon-pohon dan semak untuk menstabilkan tanah.
4. Menjaga Kualitas Air/Lahan Basah
Konservasi dan perlindungan sumberdaya air telah menjadi bagian penting dalam pertanian. Banyak diantara kegiatan-kegiatan pertanian yang telah dilaksanakan tanpa memperhatikan kualitas air. Biasanya lahan basah berperan penting dalam melakukan penyaringan nutrisi (pupuk anoraganik) dan pestisida. Adapun langkah-langkah yang ditujukan untuk menjaga kualitas air, antara lain;
Ø  Mengurangi tambahan senyawa kimia sintetis ke dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) yang dapat mencuci hingga muka air tanah (water table).
Ø  Menggunakan irigasi tetes (drip irrigation).
Ø  Menggunakan jalur-jalur konservasi sepanjang tepi saluran air.
Ø  Melakukan penanaman rumput bagi binatang ternak untuk mencegah
Ø  peningkatan racun akibat aliran air limbah pertanian yang terdapat pada peternakan intensif.
5. Tanaman Pelindung
Ø  Penanaman tanaman-tanaman seperti gandum dan semanggi pada akhir musim panen tanaman sayuran atau sereal, dapat menyediakan beberapa manfaat termasuk menekan pertumbuhan gulma (weed), pengendalian erosi, dan meningkatkan nutrisi dan kualitas tanah.
6. Diversifikasi Lahan dan Tanaman
Ø  Bertanam dengan memiliki varietas yang cukup banyak di lahan pertanian dapat mengurangi kondisi ekstrim dari cuaca, hama penggangu tanaman, dan harga pasar. Peningkatan diversifikasi tanaman dan jenis tanaman lain seperti pohon-pohon dan rumput-rumputan, juga dapat memberikan kontribusi terhadap konservasi lahan, habitat binatang, dan meningkatkan populasi serangga yang bermanfaat. Beberapa langkah kegiatan yang dilakukan;
Ø  Menciptakan sarana penyediaan air, yang menciptakan lingkungan bagi katak, burung dan binatang-binatang lainnya yang memakan serangga dan insek.
Ø  Menanam tanaman-tanaman yang berbeda untuk meningkatkan pendapatan sepanjang tahun dan meminimalkan pengaruh dari kegagalan menanam sejenis tanaman saja.
7. Pengelolaan Nutrisi Tanaman
Pengelolaan nutrisi tanaman dengan baik dapat meningkatkan kondisi tanah dan melindungi lingkungan tanah. Peningkatan penggunaan sumberdaya nutrisi di lahan pertanian, seperti pupuk kandang dan tanaman kacang-kacangan (leguminosa) sebagai penutup tanah dapat mengurangi biaya pupuk anorganik yang harus dikeluarkan. Beberapa jenis pupuk organik yang bisa digunakan antara lain:
Ø  Pengomposan
Ø  Penggunaan kascing
Ø  Penggunaan Pupuk Hijauan (dedaunan)
Ø  Penambahan nutrisi pada tanah dengan emulsi ikan dan rumput laut.
8. Agroforestri (wana tani)
Agroforestri merupakan suatu sistem tata guna lahan yang permanen, dimana tanaman semusim maupun tanaman tahunan ditanam bersama atau dalam rotasi membentuk suatu tajuk yang berlapis, sehingga sangat efektif untuk melindungi tanah dari hempasan air hujan. Sistem ini akan memberikan keuntungan baik secara ekologi maupun ekonomi.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan lahan dengan system agroforestri ini antara lain:
Ø  Dapat diperoleh secara berkesinambungan hasil tanaman-tanaman musiman dan tanaman-tanaman tahunan.
Ø  Dapat dicegah terjadinya serangan hama secara total yang sering terjadi pada tanaman satu jenis (monokultur).
Ø  Keanekaan jenis tanaman yang terdapat pada sistem agroforestri  memungkinkan terbentuknya stratifikasi tajuk yang mengisi ruang secara berlapis ke arah vertikal. Adanya struktur stratifikasi tajuk seperti ini dapat melindungi tanah dari hempasan air hujan, karena energi kinetik air hujan setelah melalui lapisan tajuk yang berlapis-lapis menjadi semakin kecil daripada energi kinetik air hujan yang jatuh bebas.
                                    
2.2 Tinjauan Ekologi
Berbagai konsep yang berkembang dalam ekologi pada akhirnya dapat mengerucut pada berbagai perspektif. Capra (2001) dan Ife (2002) berhasil memformulasikan beberapa prinsip ekologi yang dapat dijadikan sebagai perspektif berbagai kalangan. Ife mengemukakan empat prinsip ekologi, yaitu holistik, keberlanjutan, keanekaragaman dan keseimbangan.
Dari sudut perspektif ekologi, pertanian organik merupakan suatu upaya manusia memperbaiki hubungannya dengan alam. Bisa dikatakan saat ini manusia sedang berupaya menebus dosanya kepada alam. Sekian puluh tahun petani Indonesia telah memaksa tanah dengan berbagai masukan input anorganik. Berjuta-juta ton bahan anorganik tersebut dijejalkan pada tanah sehingga tanah pun mengalami kejenuhan dan kerusakan. Tidak hanya tanah yang menjadi korban, berbagai spesies hewan maupun jasad renik juga telah lenyap seiring penggunaan pestisida yang membabi buta. Hewan dan jasad renik tidak berdosa tersebut ikut musnah bersama hewan dan jasad renik yang dianggap sebagai hama oleh petani. Padahal sangatlah mungkin beberapa diantaranya justru merupakan musuh alami dari sang hama yang berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
            Pertanian organik mencerminkan adanya kesalingtergantungan antar komunitas ekologi. Manusia sebagai bagian dari komunitas ekologi tidak dapat terlepas dengan lingkungannya, terdapat hubungan saling mempengaruhi diantaranya. Hubungan manusia dengan alam yang bersifat saling mempengaruhi membawa konsekuensi manusia harus dapat bersahabat dengan alam. Manusia tidak hanya menerima manfaat dari alam namun harus pula sebaliknya memberikan manfaat bagi alam.
             Dalam pertanian organik, manusia berusaha memberi manfaat bagi alam berupa upaya pengawetan atas sumber daya dan juga mengurangi rusaknya komunitas ekologi lainnya. Penggunaan pupuk organik adalah salah satu upaya untuk mengurangi kerusakan tanah berupa berkurangnya porositas tanah, akumulasi zat beracun dalam tanah serta matinya jasad renik dalam tanah sebagai akibat penggunaan bahan pupuk anorganik. Penanggulangan hama dan penyakit dengan menggunakan metode alami sangat berperan dalam mengurangi pencemaran lingkungan. Seperti diketahui, penggunaan pestisida selain membunuh hama yang menjadi sasaran juga dapat membunuh musuh alami maupun serangga dan jasad renik yang bermanfaat terhadap kesuburan tanah, tanaman atau proses penyerbukan. Selain itu pencemaran tanah dan air di sekitar lokasi penyemprotan semakin menambah panjang dampak buruk pertanian anorganik.
Pertanian organik memungkinkan pemanfaatan limbah rumah tangga dan limbah peternakan sebagai bahan baku pupuk. Kotoran yang dihasilkan oleh hewan ternak yang semula kurang dapat dimanfaatkan, kini dapat diolah menjadi pupuk organik yang mampu mendukung kebutuhan hara tanaman.
            Pertanian organik juga mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Penggunaan benih unggul atau bahkan benih transgenik menyebabkan hilangnya beberapa varietas tanaman pangan asli Indonesia. Plasma nutfah ini berangsur-angsur hilang tergusur oleh adanya benih unggul yang diklaim memiliki ketahanan terhadap berbagai hama dan penyakit selain pula kemampuan produksinya yang tinggi. Petani dibujuk untuk menanam berbagai jenis benih unggul yang hanya bisa dipakai satu kali tanam saja. Selain keterbatasan itu, petani juga harus memberi berbagai macam input pupuk karena memang benih jenis ini sangat “manja” dan memerlukan asupan nutrisi yang sangat besar.
          Penerapan pertanian organik diharapkan dapat memunculkan kembali varietas-varietas lokal yang tidak kalah kualitasnya dibandingkan dengan benih unggul.







III. KESIMPULAN

          Pertanian berkelanjutan adalah keberhasilan dalam mengelola sumberdaya untuk kepentingan pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan serta konservasi sumberdaya alam.
          Pertanian ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian organik yang merupakan sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida, dan hasil rekayasa genetik, menekan pencemaran udara, tanah, dan air.
          Pengelolaan pertanian organik dilakukan melalui pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang
          Dari sudut perspektif ekologi, pertanian organik merupakan suatu upaya manusia memperbaiki hubungannya dengan alam. Empat prinsip ekologi, yaitu holistik, keberlanjutan, keanekaragaman dan keseimbangan.  Dalam hal ini ekologi merangkum falsafah pengelolaan sumberdaya yang mengupayakan produktivitas lewat dukungan ekosistem. Ekologi memacu kecerdikan manusia untuk merubah unsur-unsur suatu lingkungan tertentu menjadi sumberdaya ekonomi tanpa menggoyahkan neraca ekologi alam.

DAFTAR PUSTAKA
        
Anonymous, 2000. Pertanian Organik. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta.

Salikin, Karwan A, 2000, Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kaniusius. jakarta
Mubyarto dan Awan Santoso.  Pembangunan Pertanian Berkelanjutan (Kritik terhadap Paradigma Agribsnis)
Rija Sudirja. 2008.  Pembangunan Pertanian Berkelanjutan  Berbasis Sistem Pertanian Organik. pdf.



           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar